Jumat, 20 April 2012

kepemimpinan

MAKALAH KEPEMIMPINAN





DISUSUN OLEH :

 Desi Risma Irnianti
 Dita Nurindah Pradesti
 Donni





SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN PRIMAGRAHA SERANG TAHUN 2012


KATA PENGHANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt , atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga dengan segala kekurangan yang ada, akhirnya kami dapat merampungkan makalah ini.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Prima Graha dalam mata kuliah kepemimpinan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna bahkan masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari aspek dan substansi maupun kedalaman pengetahuan, kendati demikian kami berusaha seoptimal mungkin dalam melakukan penyusunan makalah ini. Untuk menyempurnakan makalah ini berbagai saran, kritik dan pendapat saya harapkan.
Akhirnya semoga Allah SWT , senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sekalian Amin, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat.



Serang , 3 April 2012


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang.
Definisi Kepimpinan
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar,melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peach) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya , dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya. Pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, maximizer.
Jadi pemimipin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal. Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang di pimpinnya. Semakin dipuji semakin tinggi hatinya dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati.
Yang terpenting dari figur seorang presiden adalah soal kepemimpinan . Kepemimpinan dalam arti mengelola Negara dengan tangkas,tegas dan sigap. Itu artinya seorang presiden tidak hanya pandai dalam melontarkan wacana (kebijakan), tapi juga selaras dalam hal eksekusinya (praktik). Jika presiden mengatakan akan memerangi korupsi, maka ia harus mampu melakukanya. Tipe kepemimpinan seperti ini telah menjadi harga mati dari seorang presiden yang diharapkan oleh publik.
Tugas dan Peranan Kepemimpinan
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi.
Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.

Manajer adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2. fungsi peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3. peran pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.

PRINSIP- PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN
Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:
1. Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;
a. Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
b. Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
c. Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
d. Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
e. Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan








BAB II
PEMBAHASAN
Gerakan protes di balik rencana pemerintah menaikkan harga BBM tentu wajar-wajar saja. Di negara lain pun, kenaikan harga bahan bakar hampir selalu memicu munculnya protes dan unjuk rasa. Pengalaman negara kita sendiri selama ini menunjukkan, aksi protes dan demonstrasi selalu mewarnai kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM.
Memang agak aneh, jika tidak ada angin tidak ada hujan, apalagi badai politik, Presiden SBY lagi-lagi mengungkapkan kekhawatiran yang tidak perlu dan tidak ada dasarnya. Tidak satu partai politik pun yang secara terbuka menentang kebijakan pemerintah. Dewan Perwakilan Rakyat sejak lama bahkan menunggu kepastian rencana pemerintah, apakah menaikkan harga atau memilih alternatif lain. Karena itu wajar saja apabila kemudian muncul penilaian negatif terhadap pernyataan SBY yang tak lebih dipandang sebagai bagian dari politik pencitraan yang dianggap telah menjadi ciri kepemimpinan jenderal kelahiran Pacitan, Jawa Timur, ini sejak terpilih pada Pemilu 2004.
Yang justru menjadi sumber keresahan masyarakat selama ini adalah ketidaktegasan dan ketidakjelasan pilihan kebijakan pemerintah, apakah benar-benar menaikkan harga BBM sebagai pilihan terakhir, atau memberlakukan pembatasan pemakaian BBM bersubsidi agar anggaran negara bisa diselamatkan. Tarik-ulur rencana kebijakan pemerintah itu benar-benar membuat masyarakat dan dunia usaha risau karena negeri ini dibiarkan dalam kondisi ketidakpastian terus menerus.
Seandainya sejak awal pemerintah konsisten dengan apa pun pilihan kebijakan yang diambil dan dieksekusi secepatnya, barangkali persoalannya tidak seberat saat ini. Jika rencana kenaikan BBM adalah pilihan politik yang tak bisa dielakkan, semestinya keputusan atas hal itu tidak ditunda-tunda seperti sekarang. Jadi, kesimpangsiuran kebijakan pemerintah sendiri sebenarnya adalah salah satu faktor pemicu kekecewaan public. Sehingga akhirnya mengundang aksi protes, demonstrasi, dan unjuk rasa yang kini makin meluas di berbagai daerah.
Masyarakat kita juga mungkin heran dan bertanya-tanya, mengapa Presiden SBY harus menunda-nunda eksekusi atas rencana kenaikan harga BBM yang akhirnya mengundang munculnya pihak-pihak yang memanfaatkan situasi dan mengail di air keruh. Kalau saja pemerintah tegas sejak awal, para penjahat penimbun BBM barangkali tidak sempat berbuat banyak, begitu pula para spekulan, dan mereka yang “pintar” memanfaatkan kelemahan dan ketidaktegasan pemerintah. Jadi, kalaupun aksi protes dan unjuk rasa semakin meluas untuk menolak kenaikan harga BBM, hal itu harus dilihat sebagai produk dari kegagalan pemerintah sendiri dalam mendesain kebijakan energi nasional yang berpihak pada kepentingan publik.
Pertanyannya adalah bagaimana dengan tipe kepemimpinan SBY. Apakah SBY telah menunjukkan karakter sebagai strong leader atau justru sebaliknya. Jika merujuk pada kenaikan BBM, SBY nampak terlihat begitu lembek dan lemahnya atas kinerja terhadap aneka kasus yang gagal di selesaikan.
Merosotnya tingkat kepuasan publik atas SBY dapat dilihat dari aneka segmen. Bila dilihat dari distribusi pemilih di tingkat desa dan kota, menunjukkan bahwa kepuasan pemilih atas kinerja SBY di kota sebesar 38.9%, jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kepuasan publik di desa sebesar 52.5%. Begitupula dengan kepuasan pemilih pada segmen pendidikan menunjukkan kepuasan publik yang berpendidikan tinggi jauh lebih kecil (39.5%) bila dibandingkan kepuasan publik setingkat SLTP ke bawah (di atas 50%). Itu berarti, pemilih di kota dibandingkan di desa dan yang berpendidikan tinggi dibandingkan yang berpendidikan SLTP ke bawah, memang lebih punya akses ke informasi, dan lebih kritis. Meningkatnya ketidakpuasan publik di atas merupakan protes terhadap lemahnya kepemimpinan SBY dalam menangani persoalan-persoalan bangsa.
Analisis
Dari hasil survei di atas, berdasarkan depth interview yang dikembangkan, setidaknya terdapat beberapa persoalan penting yang dapat dianalisis.
Pertama, Banyak kasus yang tak tuntas selama era kepemimpinan SBY. Komunitas Hak Asasi Manusia memiliki kasus pembunuhan Munir; Komunitas politik memiliki kasus Bail-Out Bank Century; Komunitas pro keberagaman agama dan pluralisme memiliki kasus kekerasan atas Ahmadiyah, kasus korupsi yang melibatkan bendahara partai Demokratpun ikut terlibat bahkan akan terjadinya kenaikan harga BBM yang akan mempengaruhi faktor-faktor kebutuhan lainnya akan ikut meningkat Dari beberapa kasus tersebut, tidak satupun kasus yang berhasil diselesaikan oleh SBY, meskipun telah berjanji akan menuntaskannya.
Kedua, SBY dipandang reaktif dan terlalu sering “curhat” untuk kasus yang menurut publik sepele. Sebagai contoh, SBY dinilai publik terlalu reaktif dalam merespon pesan pendek SMS yang memojokkan dirinya. Publik juga kecewa atas berbagai “curhat” yang dilontarkan oleh SBY, seperti curhat gaji Presiden SBY yang tidak naik selama 7 tahun dan curhat soal dirinya yang direpresentasikan sebagai Kerbau dalam sebuah aksi demo. Padahal idealnya, publik lah yang seharusnya menyampaikan “curhat” kepada presiden.
Ketiga, SBY tidak memiliki operator politik yang kuat. Dari 4 operator presiden (Wakil presiden, Partai Demokrat, Kabinet, dan Setgab Partai), tidak satupun yang mampu membantu presiden secara optimal.
Wakil Presiden Boediono bukanlah tipe orang yang berani mengambil inisiatif dalam hal kebijakan. Berbeda dengan Jusuf Kalla yang dipandang sebagai wakil Presiden dengan tipe pendobrak, lincah dalam mengambil peran untuk membantu presiden; Menteri pun tidak mampu melakukan kerjanya secara baik, akibatnya adalah Presiden SBY dipandang gagal dalam mengarahkan para pembantunya; Partai Demokrat juga tidak memiliki kekuatan. Itu dikarenakan ketua umum Partai Demokrat tidak memiliki kewenangan sebesar ketua umum partai-partai lain; Setgab koalisi partai pun sama, tidak solid dan padu dalam mengoperasikan kebijakan SBY. Karena masing-masing partai memiliki kepentingan politik yang berbeda


KESIMPULAN
Karena yang ditunggu masyarakat dari pertemuan jajaran Partai Demokrat di Puri Cikeas, Bogor, bukanlah “curhat” yang telah berulang kali dikemukakan Presiden SBY, tetapi apa saja rincian langkah antisipatif pemerintah akibat kenaikan BBM, gejolak harga yang tidak terkendali, menurunnya daya beli masyarakat, dan meningkatnya jumlah penduduk miskin. Bangsa ini membutuhkan keyakinan dan optimisme akan hari esok yang lebih baik dari presidennya. Itu artinya memasuki 2012, kita sebagai masyarakat harus siap-siap mengurut dada kembali atau merajut harapan baru kembali yang tak kunjung bisa digapai karena para elite dan politisi parpol hanya peduli pada kepentingan mereka sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar